Ini Adalah cerita kami sambungan dari Wisata DIENG PLATEAU Dibalik Misteri Lembah Singgasana Para Dewa ( Part I ) sewaktu kami berada di komplek area Telaga warna, kami juga mengunjungi beberapa tempat pertapaan para leluhur leluhur dieng zaman dulu kala yang terdapat dalam goa-goa, menyusuri jalan setapak yang sangat asri dan sesekali di jumpai paving block untuk mengurangi kelicinan jalan tersebut
Gua Sumur merupakan sebuah objek wisata yang sekaligus merupakan tempat pertapaan dan didalam gua sumur ini terdapat sumber air yang bernama “Tirta Prawitasari”.
Sumber air yang terdapat didalam gua sumur ini merupakan sumber air suci bagi umat Hindu yang biasanya digunakan untuk mengadakan upacara ritual yang disebut Muspe/Mubakti, dan sumber mata air yang terdapat di Gua Sumur adalah sumber air suci tertua bagi umat Hindu.
Dan bagi masyarakat sekitar sumber air yang ada di gua sumur ini dipercaya mempunyai khasiat yang luar biasa, salah satunya adalah sebagai obat tanaman rusak dan mati terkena hujan salju yang sering terjadi antara bulan Juli – September, dan obat hama tanaman kentang. Selain itu pula manfaatnya adalah sebagai obat awet muda.
Selain itu, Bagi orang yang ingin melakukan meditasi di Gua Semar, diharuskan untuk mensucikan diri terlebih dahulu di Gua Sumur yang tentunya melalui ijin sang juru kunci.
Ciri khas dari gua Sumur adalah di depan Gua ini terdapat arca wanita yang sedang membawa kendi.
Gua semar mempunyai panjang kurang lebih 4 meter dengan dinding batu.
Dinamakan gua Semar karena oleh masyarakat setempat
di percaya gua tersebut dijaga oleh Eyang Semar dan di depan gua
tersebut terdapat arca Semar. Semar merupakan salah satu punakawan yang
dianggap paling bijaksana. Sehingga cukup banyak pengunjung yang memang
datang untuk melakukan meditasi dengan tujuan menginginkan keselamatan.
tak jauh dari gua sumur dan gua semar terdapat pula gua semar
Sedang duduk di bibir mulut goa jaran
Gua Jaran ini disebut juga sebagai gua kuda, gua ini pada zaman dulu merupakan tempat pertapaan Resi kendaliseto.
Disebut sebagai gua jaran atau Gua kuda ini karena pada saat memasuki
gua ini akan terlihat sebuah bentuk kepala kuda yang menungkik kebawah
pada sebuah bagian gua tersebut.Gua Jaran ini bisa dimasuki tanpa juru kunci, sehingga dapat dimasuki kapan saja. Berlainan dengan Gua sumur dan Gua semar yang harus didampingi dengan juru kunci.
Setelah berkunjung di tempat ini kami melanjutkan perjalanan menuju banjarnegara, tapi sebelum itu istirahat untuk makan
Bersyukur banget hari ini cuaca cerah dan sangat bersahabat, jadi hampir semua tempat yang mudah dijangkau pasti kami singgahi.
Setelah makan dan istirahat sebentar tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.30 haripun sudah mulai petang, tampak gapura selamat datang di kawasan wisata dieng banjarnegara sudah mulai tertutup kabut, dengan agak dipercepat perjalanan dilanjutkan ke sumur jala tunda
Sumur Jalatunda merupakan sumur raksasa dengan ukuran diameter 90m dan kedalaman mencapai ratusan meter
Sumur yang terbentuk akibat letusan dahsyat ribuan tahun silam yang meninggalkan Mitos di masyarakat sekitar tentang keberadaannya yang masih di selimuti oleh Cerita - cerita Misteri dari penduduk lokal .
Tidak heran jika Dataran Tinggi Dieng mempunyai banyak Kerucut- kerucut Vulkanik yang tersebar di daerah Pegunungan Dieng terbukti dengan adanya Kawah - kawah aktif seperti Danau atau Telaga yang terbentuk dari bekas Kepundan kawah yang telah mati.
Sumur Jalatunda yang di ambil dari Cerita Pewayangan yang di sebut sebagai Bumi Sapta Pratala ( Bumi Lapis Tujuh ). Di mana dalam Tokoh Pewayangan seperti Nagagini, Antareja dan Antaboga Bersemayam di dalamnya
Mitos yang berada di Sumur Raksasa Jalatunda yang konon katanya barang siapa dapat Melempar Batu hingga ke ujung dinding sumur maka cita- cita atau harapannya akan tercapai, terbukti dengan adanya para penjual batu kecil-kecil yang menggelar lapaknya disini, harga batu tersebut Rp. 500/biji, kebetulan saya ga' sempet membeli batu - batu tersebut, karna kondisinya gerimis dan tempatnya agak licin, takutnya ntar malah terpeleset dan ikut terlempar kedalam sumur.
Tampak warga dieng yang menggelar lapaknya di sumur jala tunda, dengan pakaian khasnya ( bersarung )
sampai sini dulu sebenarnya masih banyak banget ceritanya
karna sudah agak capek nulisnya jadi ceritanya Bersambung Lagi
0 Response to "Wisata DIENG PLATEAU Dibalik Misteri Lembah Singgasana Para Dewa ( Part II )"
Post a Comment